Menerima Murid Baru di Tengah Keterbatasan Ruang

Cerita saya kali ini adalah adalah sebagai kepala sekolah SMA Negeri 2 Kendari, bagaimana kami menghadapi penerimaan siswa baru (PSB) tahun 2023 ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, antusiasme masyarakat sangat besar. Tahun ini, kami menetapkan kuota penerimaan sebanyak 432 siswa — sesuai dengan jumlah siswa kelas XII yang akan lulus.

Setiap kali masa penerimaan tiba, sekolah kami selalu dipenuhi oleh harapan para orang tua dan calon siswa. Mereka berharap anak-anak mereka bisa masuk ke SMAN 2 Kendari. Saya sangat memahami itu. Apalagi, di wilayah Kecamatan Poasia ini, SMAN 2 adalah satu-satunya SMA negeri umum. Ada memang SMKN 4, tapi itu sekolah kejuruan, dan mereka juga sudah penuh. SMAN 10 ada, tetapi zonasinya cukup jauh untuk warga di sekitar sini.

Kami tahu, tahun ini pun kemungkinan besar jumlah pendaftar akan membludak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi di sisi lain, kami menghadapi keterbatasan yang nyata: ruang kelas.

Sekolah kami memiliki 12 rombel, dan setiap kelas maksimal diisi oleh 36 siswa. Dengan kapasitas itu, kami tidak bisa menerima lebih dari 432 siswa baru. Ini bukan karena kami tidak ingin membantu, tapi karena ruang tidak mencukupi. Maka, jumlah yang kami terima harus sebanding dengan jumlah siswa yang keluar. Kalau tahun ini yang lulus 432, ya sebanyak itu pula yang bisa kami tampung.

Dalam waktu dekat ini, saya akan melakukan sosialisasi kepada para orang tua. Penting bagi kami untuk menjelaskan sistem zonasi, jalur prestasi, dan jalur afirmasi. Saya ingin orang tua memahami bahwa semua jalur itu memiliki persyaratan yang harus dipenuhi, dan bukan sekolah yang menentukan diterima atau tidaknya seorang siswa, melainkan sistem yang sudah diatur oleh pemerintah.

Saya sadar, keterbatasan ruang bukan hanya masalah teknis, tapi juga bisa memicu persoalan sosial. Bayangkan saja, jumlah penduduk di sekitar sekolah semakin bertambah. Kalau kami batasi penerimaan, pasti akan muncul pertanyaan dan kekecewaan dari masyarakat.

Itulah sebabnya, saya berharap ada perhatian dan solusi dari pemerintah. Kami butuh penambahan ruang belajar agar bisa melayani lebih banyak anak bangsa yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak.

Saya percaya, setiap anak berhak untuk sekolah. Tapi sebagai kepala sekolah, saya juga punya kewajiban menjaga kualitas dan keamanan proses belajar. Semoga ke depan, kita bisa mencari jalan keluar bersama, agar SMAN 2 Kendari tetap menjadi tempat terbaik untuk menuntut ilmu — tanpa harus menolak mereka yang ingin belajar hanya karena keterbatasan ruang.